Doa merupakan senjatanya orang Muslim. Maka tidak salah jika setiap memiliki hajat kita menyampaikannya lewat doa. Namun, kita perlu memperhatikan adab-adab berdoa agar dikabulkan hajatnya.
Sebab hakikat berdoa ialah ketika seorang hamba menunjukan jika dirinya benar-benar membutuhkan Allah Swt yang Mahasuci, dengan melepaskan diri dari semua daya manusia. Sehingga alangkah baiknya kita memperhatikan adab-adab berdoa sebagai ikhtiar menyempurnakan hakikat tersebut.
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqi, adab-adab berdoa telah dijelaskan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya `Ulumiddin. Maka apabila seseorang hendak mendoa, memohonkan sesuatu yang dihajatkannya kepada Allah, hendaklah ia melakukan doa itu sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya, dengan memelihara adab-adab doa, seperti di bawah ini.
BACA JUGA: RAIH PAHALA LEBIH, MENDOAKAN ORANG LAIN SECARA DIAM-DIAM
1. Pada waktu yang baik dan mulia
Berdoa memang boleh kapan saja, namun alangkah lebih baik lagi jika berdoa di waktu yang baik dan mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah yang menyatakan bahwasannya hari arafah termasuk salah satunya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ (رواه الترمذي)
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR at Tirmidzi)
Waktu yang mulia bisa kita dapati setiap hari seperti antara adzan dan iqamah serta pada saat sepertiga malam. Ketika sebagian manusia lain tertidur lelap ternyata Allah menjanjikan ampunan dan dikabulkannya doa bagi siapa saja yang meminta kepada-Nya.
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir di setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Siapa saja yang berdoa kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa saja yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberi, siapa saja yang memohon ampunan dari-Ku akan Kuampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan waktu baik dan mulia lainnya bisa kita jumpai di setiap pekan yakni pada hari Jumat.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ . وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا
“Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda, ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa di waktu itu, pasti diberikan apa yang ia minta.” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Adapun waktu baik yang kita jumpai satu tahun sekali yakni bulan Ramadhan, pada saat sahur, sepanjang berpuasa serta menjelang berbuka. Terlebih lagi pada bulan Ramadhan pun akan kita dapati malam lailatul qadr.
2. Dalam keadaan yang mulia, seperti ketika bersujud dalam sembahyang, ketika berhadapan dengan musuh dalam pertempuran, ketika hujan turun, sebelum menunaikan sembahyang dan sesudahnya, ketika jiwa sedang tenang dan bersih dari segala gangguan setan dan ketika menghadap Kabah.
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, “Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
“Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan, [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.”
3. Dengan menghadap kiblat
Adab-Adab berdoa yang berikutnya ialah menghadap kiblat, sebagaimana dalam Hadits Shahih Al-Bukhari No. 5867, bahwasannya ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa ketika berdoa menghadap ke kiblat.
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى هَذَا الْمُصَلَّى يَسْتَسْقِي فَدَعَا وَاسْتَسْقَى ثُمَّ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَقَلَبَ رِدَاءَهُ
“Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Yahya dari ‘Abbad bin Tamim dari Abdullah bin Zaid dia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju tempat shalat ini untuk meminta hujan, lalu beliau berdo’a miminta hujan dengan menghadap ke Kiblat dan membalikkan selendangnya.”
4. Merendahkan suara
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚإِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)
Kita diminta tadharru’ saat berdoa, yang artinya merendahkan diri dan tunduk. Inilah keadaan dalam berdoa yang pertama. Lalu khufyah, yang dimaksud adalah berdoa tidak terang-terangan.
5. Jangan bersajak, tetapi cukup dengan kata-kata biasa, sederhana, sopan dan tepat mengenai sesuatu yang dihajati. Dengan kata lain, dalam adab-adab berdoa jangan dilakukan dengan irama-irama tertentu, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh penggubah-penggubah doa dalam bahasa Arab. Dan sebaiknya memilih lafal-lafal doa yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
6. Bersikap khusyuk dan tadharru,’ yakni merasakan kebesaran dan kehebatan Allah dalam jiwa kita yang halus.
7. Mengokohkan kepercayaan bahwa doa itu akan diperkenankan Allah dan tidak merasa gelisah jika doa itu tidak diperkenankannya merupakan a Adab-adab berdoa yang kadang disepelekan.
8. Mengulang-ulang doa tersebut dua tiga kali, khusus-nya tentang doa yang berkaitan dengan sesuatu yang sangat diutamakan atau diinginkan sekali.
9. Menyebut (memuji) Allah pada permulaannya.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ada seorang Arab Badui menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Ajarkanlah padaku suatu kalimat yang aku bisa mengucapkannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( قُلْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ ، اللهُ أكْبَرُ كَبِيراً ، وَالحَمْدُ للهِ كَثيراً ، وَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَالِمينَ ، وَلاَ حَولَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَزِيزِ الحَكِيمِ )) قَالَ : فهؤُلاءِ لِرَبِّي ، فَمَا لِي ؟ قَالَ : (( قُلْ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي وَاهْدِنِي ، وَارْزُقْنِي ))
“Ucapkanlah: laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, allahu akbar kabiiro, walhamdulillahi katsiroo, wa subhanallahi robbil ‘alamin, wa laa hawla wa laa quwwata illa billahil ‘azizil hakim (Artinya: Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah yang banyak, Maha Suci Allah Rabb semesta alam, serta tidak ada daya dan upaya kecuali bersama Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana).”
Orang Arab Badui itu berkata, “Itu semua untuk Rabbku, lalu manakah untukku?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah: allahummaghfir lii warhamnii wahdinii warzuqnii (Artinya: Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, berilah aku hidayah).” (HR. Muslim, no. 2696)
BACA JUGA: 5 LANGKAH AGAR ANAK MENJADI BIRRUL WALIDAIN
10. Adab-adab berdoa yang terakhir yaitu bertobat sebelum berdoa dan menghadapkan diri dengan sesungguhnya kepada Allah Swt
Wallahu a’lam. []
Sumber: Buku Quantum Doa | Karya Dr H Syukriyadi Sambas M.Si