Suatu hal yang tidak dilakukan lagi adalah bahwa kekacaubalauan dan ambisi-ambisi pribadi khususnya dari orang yang memiliki sedikit pengalaman merupakan penghalang untuk mencapai tujuan dan merealisasikan maksud yang sesungguhnya.
Sebab kedisiplinan dan keteraturan akan membawa kepada suatu gerakan teratur yang sukses. Sehingga di sini kita dapat mengetahui urgensi suritauladan dan pentingnya kepemimpinan. Yang dimaksud di sini adalah pentingnya keberadaan seorang pendidik.
Ketika pendidik tidak ada maka hilanglah pendidikan dan apabila pendidikan tidak ada, maka janganlah engkau mengharapkan kesuksesan dari suatu pekerjaan. Sekalipun pekerjaan yang terlaksana, maka pasti kekurangan menyertainya.
BACA JUGA : ADAB-ADAB BERDOA AGAR DIKABULKAN HAJATNYA
Seorang yang konsisten terkadang telah menemukan dalam dirinya kecintaan untuk bersikap konsisten dengan baik, kecintaan untuk menuntut ilmu, kecintaan untuk beribadah, serta kemauan keras untuk berkorban demi agama ini dengan harta dan jiwanya.
Akan tetapi kesiapan jiwa yang baik seperti ini tidak memiliki pemimpin sekaligus pendidik yang dapat mengembangkan serta menggali potensi dalam diri orang yang bersikap konsisten itu. Berapa banyak dari kelompok generasi muda ini yang mempunyai pendidik yang selalu membimbing mereka, menggembleng dan mengarahkan mereka kepada pendidikan yang terarah.
Sebagian besar generasi muda telah terperangkap dalam kegelapan ketergesa-gesaan dini. Mereka bertolak berdasarkan ambisi-ambisi individual yang bisa jadi hal itu akan membahayakan diri mereka dan tidak mendatangkan manfaat. Mengambil keputusan dan kebijakan secara tergesa-gesa tanpa melalui musyawarah, maka itu semua disebabkan karena lemahnya kepemimpinan dan pendidik.
Terdapat dua sekelompok pemuda yang berada dalam asuhan para pendidik yang sebenarnya para penghasil tersebut masih membutuhkan kepada seorang pendidik pula. Akhirnya mereka melahirkan generasi lemah, kurang konsisten bagaikan orang awam biasa yang tidak pernah mengalami pendidikan.
Para generasi yang terlanjur demikian itu pada hakikatnya tidak dapat disalahkan yang seharusnya disalahkan adalah para pendidik yang telah memberanikan diri mengembang tanggung jawab sebelum mereka ahli dalam bidangnya.
Oleh karena pendidik yang ahli tidak ada maka sirnalah program pembinaan yang terarah, yang memicu dalam mempertajam kemauan yang sanggup melahirkan generasi yang berkualitas dan bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan umat.
Apabila program pendidikan terarah itu tidak ada, maka yang ada hanyalah program pendidikan yang penuh dengan kelemahan yang meremehkan agama di dalam suatu bingkai, dan masing-masing mengklaim telah mencapai sasaran dan target sedangkan sasaran dan target sebenarnya masih jauh dari kenyataan.
Jika dikatakan kepada para pendidik, “Biasakanlah anak ini kalian untuk mengikuti kholaqah ilmu dan hadis-majelis dzikir dan menghafal alquran, maka mereka akan mengeluarkan 1000 satu alasan, mereka mengatakan, “Kami ingin agar ia cinta kepada agama dan kami tidak ingin membuatnya sibuk dan jenuh.”
BACA JUGA : BAHAYANYA SEORANG MUSLIM KURANG MENYUKAI PAHALA
Sungguh hal ini katakan bukan berarti permainan senyum dan hiburan tidak diperlukan, tetapi kalau ditegaskan bahwa semua hal itu hanyalah cabang dan bukan pokok. Sehingga dengan demikian maka sangat dianjurkan bagi setiap mukmin untuk memiliki seorang pendidik yang mampu mengarahkannya agar ada yang mampu membimbingnya dalam ketaatan. []