Bagi orang-orang yang memperhatikan kehidupan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka ia akan mengetahui apa yang ia cari bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah pribadi yang suka bersenda gurau dan tertawa.
Akan tetapi beliau bukanlah pribadi yang banyak tawanya sebagaimana yang diriwayatkan dari Jabir bin Samurah, “Bahwa pada kedua betis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terdapat kehalusan dan bahwa beliau tidak tertawa kecuali tersenyum.”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menerangkan kepada kita tentang bahaya banyak tertawa yaitu dapat melenyapkan fungsi hati di mana bisa merubah dari hidup menjadi mati.
BACA JUGA : HINDARI BERCITA-CITA RENDAH, BEGINI CITA-CITA SEORANG MUSLIM SEHARUSNYA
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Janganlah engkau memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tawa akan mematikan hati.”
Yang dimaksud dengan mematikan hati adalah menjadikan hati orang lain untuk mengingat Allah Swt dan abai kepada kehidupan akhirat serta apabila hati manusia lain dalam mengingat Allah Swt maka sesungguhnya kematian lebih dekat kepadanya daripada kehidupan.
Dibolehkan bagi seorang mukmin untuk tertawa dan bersenang gurau dengan sahabat-sahabatnya, sebab Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersenda gurau dengan sahabat-sahabat beliau. Sebagaimana disebutkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Wahai yang memiliki dua telinga.” Ini adalah canda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Anas.
Dari Anas bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyuruh seorang pria untuk menunggangi anak unta maka orang itu berkata, “Apa yang akan saya perbuat terhadap anak unta betina ini?” lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Bukankah unta betina itu akan melahirkan unta jantan?” (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At Tirmidzi dan ia berkata bahwa hadits ini adalah hasan dan shahih, diriwayatkan oleh Al Bukhari)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam senda guraunya tidak berkata-kata kecuali kebenaran, sebab seorang mukmin telah menghibur diri untuk mengusir kejenuhan dan untuk memperbaharui semangat. Para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sering berkumpul hingga mereka saling tertawa dan bersenda gurau antara satu dengan lainnya.
Sedangkan bersenda gurau yang berlebihan melebihi batas yang diperlukan maka hal ini merupakan tanda lemahnya pendidikan dan menandakan tidak memiliki kesungguhan. Hal ini memberi pengaruh besar terhadap pelakunya hingga kehidupannya berubah menjadi cemooh terhadap dirinya sendiri.
Orang yang konsisten hendaknya bersikap serius dalam menghadapi perkara-perkara hidupnya, tahu waktu untuk bersenda gurau dan segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan agar tidak berlebihan dan juga tidak melalaikan. Apabila seorang multazim terbiasa untuk tertawa dan bersenda gurau, maka hatinya pasti menjadi keras sebagai akibatnya adalah bila dinasehati maka nasihat itu tidak akan berguna baginya di dalam kehidupannya.
Apabila diingatkan maka ia tidak pernah sadar karena hatinya telah terlanjur dipenuhi canda, gurau dan tawa hingga menjadikannya lemah.
Bahkan sebagian orang yang berlebihan tertawa hingga sunnah gurau itu menjurus pada perbuatan dosa-dosa besar, menghina saudara-saudara muslim dan memperolok-olok mereka hanya untuk mendapatkan tawa dari teman-temannya. Lalu akibat banyak ketawa itu karena senda gurau nya berkembang pada perbuatan dusta untuk mendapatkan tawa dari khalayak.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta agar orang lain tertawa, celakalah baginya dan celakalah baginya.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud, dan Al Hakim dengan syarat shahih)
Imam Al Nawawi dalam kitab faidh al-qadir berkata, “Kalimat celaka baginya, lebih ulang-ulang hingga tiga kali sebagai pernyataan besarnya azab orang itu karena perbuatan semacam itu merupakan sumber dari perbuatan zina dan merupakan sumber dari segala perbuatan memalukan. Maka jika perbuatan dusta itu dipadukan dengan perbuatan untuk memancing tawa manusia yang dapat mematikan hati dan menyebabkan manusia lupa akan dirinya serta dapat menyebabkan sikap kasar maka perbuatan itu adalah keburukan yang paling buruk.”
BACA JUGA : INI 4 ADAB SETELAH MAKAN YANG JARANG DIKETAHUI
Maka bercanda secara sederhana adalah suatu perkara yang sangat penting khususnya dalam kehidupan manusia yang konsisten karena yang membutuhkan sikap serius dan karena jalan yang ia tempuh penuntut seperti itu.
Sumber: Buku 31 Sebab Lemahnya Iman, Karya Husain Muhammad Syamir