Pekan lalu, salah satu ustadz kami berkunjung ke guru salah satu sekolah. Ada beberapa murid guru tersebut yang nyantri di Mafatih. Ia menyampaikan terkejut dengan beberapa muridnya tersebut yang banyak berubah. Yang tadinya “aktif” bahkan tidak jarang mengabaikan sopan santun sekarang berubah drastis. “Kasih resepnya atuh, gimana bisa merubah adabnya seperti itu!” pinta guru tersebut.
Hmhm… sebenarnya perubahan muridnya itu gak cepet juga loh… Ia lupa sudah 6 bulan bahkan ada yang mungkin lebih dari setahun tidak bertemu. Butuh waktu berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun untuk merubah sikapnya yang buruk menjad santri beradab.
Tak heran jika salah seorang ulama, Ibnul Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Kebayang kan, lamanya…
Tapi, ini serius lho. Adab ini ternyata lebih penting daripada sekadar hafal Alquran. Kok bisa?
Masih ingat penghafal Alquran yang main film “cinta-cintaan” alias liberal atau banyak kemudian penghafal Alquran yang pacaran bahkan ada kisah orang tua yang menangis, mengeluh kepada seorang ustadz yang mengajar anaknya, karena setiap kali mereka memerintahkan sesuatu kepada anaknya, dia selalu membantah dengan alasan sedang menghafal Alquran!
Kisah diatas menjadi salah satu motivasi di pesantren kami, agar para ustadz berupaya dengan sungguh-sungguh agar santri memliliki adab yang baik. Ada beberapa kitab yang harus dikaji dan langsung diterapkan dalam lingkungan pesantren. Kami berharap dengan adab yang dimiliki para santri, Allah SWT memberikan pertolongan dan kemudahan mereka dalam menghafal Alquran. Dan tentu saja, mengamalkan dan memperjuangkannya dalam kehidupan. []
(Khadimul Qur’an @Sekolah & Pesantren Mafatih)-
-SAR –
Barokallohufik..