Sikap mengalah seorang mukmin merupakan suatu hal yang harus kembali diperhatikan. Yang dimaksud dengan mengalah di sini adalah mengolah dari prinsip dengan alasan maslahat, yakni suatu sikap yang memberi pengaruh buruk terhadap seseorang dan terhadap konsekuensinya. Di mana dengan mengalah maka ia rela merupakan iman keyakinannya tanpa disadari.
Diantara bentuk sikap mengalah ini adalah meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar. Dia melihat kemungkaran dilakukan oleh temannya, saudaranya, istrinya, tetangganya atau atasan kerjanya lalu ia membiarkan kemungkaran itu dengan alasan kemaslahatan.
Bahkan, yang lebih buruk lagi ia menampakan sikap seakan-akan ia mendukung kemungkaran itu atau bertebal muka terhadap kemungkaran yang terjadi di hadapan matanya.
BACA JUGA : ADAB-ADAB BERDOA AGAR DIKABULKAN HAJATNYA
Seorang mukmin sejati tidak takut akan segala macam hinaan dari orang yang menghina dalam menegakkan ajaran Allah. Karena tujuannya adalah mendapatkan ridho Allah walaupun seluruh manusia membencinya.
Uwais al-Qarni seorang ahli ibadah sesudah generasi sahabat berkata, “Sesungguhnya, memerintahkan kepada perbuatan baik dan mencegah perbuatan mungkar tidak mengenal teman, kami memerintahkan teman-teman kami untuk berbuat baik sekalipun mereka mencaci maki harga diri kami dan mereka didukung oleh orang-orang fasik. Bahkan, demi Allah mereka menuduh kami dengan berbagai tuduhan keji, sungguh aku bersumpah demi allah bahwa aku tidak meninggalkan tugasmu yaitu terhadap mereka.”
Demikian pula termasuk sikap mengalah adalah tidak mau bersikap tegas berdasarkan hikmah dan ilmu dalam menyampaikan kebenaran. Di mana seseorang sedang berada pada suatu majelis kemudian ia mendengarkan kebatilan atau hinaan ditunjukkan kepada ulama atau para penuntut ilmu, lalu ia bersikap diam dalam menghadapi hal itu dan tidak ada reaksi untuk membela kehormatan mereka, ya lebih suka mengalah hingga membiarkan mereka melakukan perbuatan mungkar tersebut.
Termasuk bentuk sikap mengalah yang dilarang adalah melakukan hal-hal yang haram dan syubhat dengan alasan, “Mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar itu diutamakan daripada mengambil maslahat.”
Seorang mukmin harus bersikap bijaksana serta memiliki wibawa karena kebenarannya. Sikap positif yang dalam agama harus ditambahkan fitrahnya yang telah Allah Swt ciptakan pada dirinya sebagai manusia serta harus menampakkan ajaran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam di muka bumi ini.
Termasuk bentuk sikap mengalah juga dalam mengabaikan dakwah kepada agama Allah Swt dan mengembangkan kebaikan tengah-tengah kaum muslimin. Yang alasan tidak ingin menyibukkan mereka supaya mereka tidak jenuh. Pengabaian terhadap dakwah tersebut bisa saja terjadi saat duduk-duduk bersama teman sejawat atau antar sesama teman-teman dekat atau dengan kerabat dekat.
BACA JUGA : ATUR JADWAL HARIAN SESUAI WAKTU SHALAT
Banyak lagi bentuk-bentuk sikap mengalah dari prinsip. Namun seorang mukmin adalah orang yang bijak, pandai dan berwibawa. Sehingga konsistensi dan bukan teledor, akan tetapi sikap yang menampakan fitrah suci manusia sebagaimana Allah Swt menciptakan dan mewujudkan sunnah Nabi.