Oleh: Pebriandani Y.P
(Pengajar Pesantren Mafatih Purwakarta)
Ayah Bunda yang dirahmati Allah Subhaanahu wa ta’aala, bersikap tegas dalam mendidik anak kerap kali membuat kita khawatir, apakah anak kita nanti akan trauma dan akhirnya cenderung membenci kita sebagai orang tua?
Dari ketakutan tersebut akhirnya tak jarang sebagian orang tua cenderung akan bersikap lebih permisif (serba membolehkan atau serba mengizinkan) terhadap anak-anak mereka.
Padahal, dilansir dari “Tthe Asian Parent Singapura”, anak-anak dari orang tua yang permisif memang memiliki kebebasan, tetapi mereka mungkin kehilangan periode kritis dalam mengembangkan keterampilan yang sangat penting pada diri anak , yaitu ketrampilan dalam perkara tanggung jawab.
Akibatnya, ada banyak efek negatif dari gaya pengasuhan ini terhadap anak, diantaranya sebagai berikut:
- Kurangnya etika. Anak-anak dari orangtua yang permisif, cenderung kurang memiliki sopan santun atau tanggung jawab baik didalam rumah maupun diluar rumah nantinya.
- Perilaku yang tidak diatur.
Anak-anak dibebaskan tanpa ada kesepakatan aturan yang dibuat bersama dengan orang tua.
Bebas dalam hal waktu tidur, pekerjaan rumah, waktu makan, bebas menonton televisi dan bahkan bebas atas apa yang dia tonton. Apalagi hari ini anak-anak bebas dalam menggunakan HP gawai atau laptopnya.
- Membuat keputusan buruk.
Anak-anak cenderung memutuskan sendiri apa yang harus mereka lakukan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan orangtua atau pengasuhnya. - Masalah emosional karena kurangnya batasan.
Mereka cenderung impulsif, agresif, ketergantungan, kurangnya tanggung jawab pribadi, dan gejala mengalami kecemasan serta depresi. - Masalah sikap. Terlepas dari kelebihan, pola asuh permisif juga menghasilkan anak-anak yang terlalu menuntut dan egois.
- Kesehatan mental yang buruk.
Anak permisif cenderung tidak siap dengan kebebasan di masa depan, sehingga cenderung depresi, kecemasan, atau stres saat menghadapi dunia perkuliahan.
Sikap kasih sayang yang semula ingin kita tunjukkan terhadap anak sebagai bentuk kepedulian ternyata malah berbalik dan justru dapat merusak perkembangan anak di masa depan.
Sikap Tegas Dalam Mendidik Anak
Rasulullah saw telah mencontohkan bagaimana seharusnya orang tua bersikap tegas dalam mendidik anak terutama dalam perintah melaksanakan hukum-hukum syariat dari Allah Subhaanahu wa ta’aala .
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُرُوا أُوْلاَدَكُمْ بِالصًّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِ بُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Artinya: “Suruhlah anak-anakmu untuk melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya pada usia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.”
[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad (II/ 180, 187), Abu Dawud (no. 495), Al-Hakim (I/197), Al-Baihaqi (III/84), Ibnu Abi Syaibah (no. 3482), Ad-Daruquthni (I/230), Al-Khathib (II/278), dan Al-‘Uqaili (II/167), dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma.
Memukul disini tentu bukanlah sembarang pukulan, pukulan yang dimaksud adalah sebagai bentuk ketegasan dimana jika anak tidak mau menjalankan perintah Syariat maka akan ada sanksi yang diberikan. Beberapa keterangan menjelaskan pukulan tersebut haruslah pukulan yang tidak menyakitkan atau menimbulkan bekas luka, tidak memukul di bagian wajah, serta pukulan yang dimaksudkan dalam rangka mendidik bukan sebatas emosi semata.
Bukankah Nabi صلى الله عليه وآله وسلم tidak pernah memukul anak-anak? Berdasarkan kaidah tarjih dalam kitab ushul fiqih jika perkataan dianggap bertentangan dengan perbuatan maka didahulukan perkataan. Tentu, sebelum pukulan, berbagai cara dilakukan untuk menasehati anak. Pukulan hanya sebagai opsi terakhir saja.
Ketegasan orang tua dalam mendidik anak juga bisa dilakukan dengan cara meninggikan suara atau menunjukkan gestur yang lebih tegas tatkala anak sedang melakukan pelanggaran. Sikap tegas bukan berarti kasar, sikap tegas dalam mendidik anak jelas sangat diperlukan. Apalagi ketegasan ini dimaksudkan untuk kebaikan anak-anak kita dimasa yang akan datang.
wallahu a’lam bishshowaab. []
Saya setuju dengan harus adanya ketegasan orang tua dalam mendidik anak.
Dalam hal pukulan, jujur blm pernah dilakukan, karena setelah berkomunikasi dan bicara, anak² sdh bisa tenang dan mengikuti arahan kembali.