Selasa lalu, saya diskusi dengan guru Sekolah Qur’an Mafatih tentang Tujuan Dasar dan Kurikulum Pendidikan. Sebenarnya, topik ini sering kami bahas dan hasilnya kami gunakan untuk memperbaiki kurikulum Iman dan Adab serta praktik KBM di Mafatih. Namun, hari itu seolah kembali mengusik pikiran kami tentang masih banyaknya PR yang harus kami lakukan serta menguatkan langkah kami dalam menyusun kurikulum yang tidak hanya menjadikan anak-anak pintar dalam membaca dan menghafal Alquran tetapi cerdas dalam berpikir dan beramal sesuai Alquran.
Duh… langsung saja ke ilustrasi aja ya… (ini fiktif lho).
Seorang ayah selalu memperhatikan anaknya, sebutlah Udin, dalam belajar.
Pada Tema Aku dan Keluargaku, guru Udin memintanya untuk menyebutkan anggota keluarganya:
Guru: “Udin sebukan siapa saja yang tinggal di rumah bersamamu!”
Udin: “ Bunda, Ayah, kakak Edi, Kakak Edo ,Adik Tari, Nenek dan Kakek”
Pada kesempatan lain, Udin juga diminta untuk menyebutkan nama-nama binatang buas dan binatang peliharaan?
Guru: “Udin sebutkan nama-nama binatang”
Udin: “ Ayam, harimau, gajah, kuda, …”
Melihat Udin belajar, ayahnya bergumam:
“Wah, wah, wah…gimana anak saya jadi pinter, Isi pelajarannya cuma nyebut-nyebut nama benda aja.!?
Cerita di atas sekadar ilustrasi saja, bisa jadi ada pertanyaan seorang ayah atau ibu seperti itu.
Untuk menjawab kegalauan ayah, yuk kita lihat Alquran! Masih ingat kisah Nabi Adam?
Ketika Allah SWT meminta malaikat menyebutkan nama-nama benda, malaikat tidak mampu menyebutkannya. Namun, Allah memberi kemampuan kepada Nabi Adam dan mengajarinya tentang nama-nama benda.
hmhmhm…. sekedar menyebutkan nama benda?
Iya betul, ternyata mampu menyebutkan nama merupakan anugerah Allah yang berikan kepada manusia. Kemampuan ini merupakan proses pertama dalam berpikir. Menyebutkan nama-nama benda akan memicu akal dan indera yang dimiliki manusia, untuk melakukan iidentifkasi setiap benda tersebut dan membedakan benda tersebut dengan benda lainnya. Maka tak heran jika kita baca buku, makalah, atau jurnal, biasanya penulis akan memulai dengan penjelasan pengertian atau definisi topik yang sedang dibahas.
Kembali ke cerita diatas maka seorang guru yang memahami Pola Pikir Islam akan meneruskan pertanyaan nya kepada Udin:
“Siapakah yang menciptakan ayah dan Ibu?”
“Ada yang tahu ‘Birrul Walidain” (terj. Berbuat baik kepada orangtua) ?
“Apakah ayam, halal dimakan?”
“Sebutkan binatang yang haram di makan! Sebutkan dalilnya dalam Alquran… !” (untuk siswa kelas atas)
Maaf ya, alur tulisannya lompat-lompat. Mudah-mudahan sih bisa tergambar ternyata “Penyebutan benda merupakan Tahap Awal dalam Proses Berpikir”. Eh… jadi ingat, kacau dan gaduhnya istliah “Mudik dan Pulang Kampung”, mungkin perlu baca tulisan ini agar gak gaduh lagi ?
(Khadimul Qur’an @Sekolah & Pesantren Mafatih)
– SAR –