Tuntunan untuk para dai sangat diperlukan sebab ujian di jalan dakwah bukanlah hal yang mudah. Diibaratkan jalan yang penuh bebatuan, duri dan kerikil tajam, apabila tidak ada yang menuntut maka tidak salah lagi siapa pun yang melewatinya akan memilih keluar di jalan itu dan mencari jalan lain yang tampak indah dengan bunga-bunga bermekaran.
Namun, hakikatnya keindahan yang abadi hanya ada di surganya Allah SWT. Maka dari itu setiap para dai harus mampu bersabar saat berada di jalan dakwah. Sebagaimana yang tuntunan yang terkandung dalam Qs al-Muzammil ayat 9-10.
رَّبُّ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱتَّخِذۡهُ وَكِيلٗا ٩ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱهۡجُرۡهُمۡ هَجۡرٗا جَمِيلٗا ١٠
“(Dialah) Tuhan timur dan barat. Tidak ada tuhan selain Dia. Karena itu jadikanlah Dia sebagai Pelindung. Bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.” (QS al-Muzzammil [73] 9-10)
BACA JUGA: BEGINI CARA BERBAKTI KEPADA ORANG TUA YANG SUDAH MENINGGAL
Berikut ini empat nasihat dalam Qs al-Muzzammil yang bisa menjadi tuntunan untuk para dai:
Nasihat dalam Qs al-Muzzammil: Pertama, Penegasan Tentang Tauhid
Sebagaimana dalam ayat ini terdapat kalimat, “Tuhan timur dan barat” yang memiliki makna jika Allah SWT merupakan Tuhan Pencipta, Pemilik dan Pengatur timur dan barat beserta semua yang ada di antara keduanya. Dengan kata lain Allah SWT Tuhan alam semesta. Dilanjutkan oleh kalimat berikutnya dengan arti, “Tidak ada Tuhan (yang layak disembah) kecuali Dia.”
Hal ini menegaskan bahwa Zat yang merupakan Pencipta, Pemilik dan Pengatur alam adalah Zat yang memang berhak dan layak untuk disembah dan ditaati atas semua perintah-Nya. Dan tidak ada yang lain setelah atau sebelumnya.
Sehingga kita seorang Muslim yang mengaku sebagai hambanya, maka hanya boleh menuhankan Allah SWT saja, tidak ada Tuhan lain yang boleh disembah baik itu berupa hal ghaib ataupun sesuatu yang nampak terlihat oleh mata.
Nasihat dalam Qs al-Muzzammil: Kedua, Perintah Menjadikan Allah Sebagai Wakil
Perintah ini disebutkan dengan jelas dalam firman-Nya, “Karena itu jadikanlah Dia sebagai Pelindung” yakni menjadikan Allah sebagai Hafidz wa mudabbir (penjaga dan pengatur) segala sesuatu. Sangat ditegaskan bahwa Allah SWT adalah al-Wakil yang mana menurut Ibnu Manzhur ialah penanggung jawab dan penjamin rezeki hamba.
Sehingga kita harus meyakini jika Allah SWT yang menjamin rezeki kita dan kita tidak boleh meragukannya sedikitpun. Sikap menyerahkan segala sesuatu disebut dengan tawakal yang mana hal ini merupakan amalan hati.
Maka apabila seseorang mengatakan bahwa dia bertawakal sedangkan hati tidak membenarkannya, maka dia tidak dianggap sebagai orang yang bertawakal. Juga sangat ditegaskan, dalam tawakal kita tetap harus berikhtiar terlebih dahulu.
Sebagaimana Rasulullah SAW dalam perang Khandaq meski sepenuhnya berserah diri kepada Allah SWT, namun beliau sertai dengan ikhtiar yakni menggali parit. Sehingga suatu perkara yang salah jika tawakal tanpa disertai dengan ikhtiar.
Nasihat dalam Qs al-Muzzammil: Ketiga, Perintah Bersabar Terhadap Perkataan yang Menyakitkan
Dalam ayat ini terdapat kalimat, “Bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan.”
Sebagaimana diketahui dari berbagai kisah, jika perkataan meyakitkan, baik itu berupa gangguan, cacian, olok-olokan dan semacamnya tidak membuat beliau merasa cemas dan menghentikan dakwahnya.
Peru dicatat jika dakwah sebenarnya merupakan kebutuhan orang yang yang didakwahi. Sebab mereka tidak mengetahui tidak mengetahui jalan yang benar, dan menjadi tahu dengan adanya dakwah. Sehingga apabila kita tidak sabar terhadap perkataan buruk yang mereka lontarkan, maka mereka justru akan semakin tersesat dan semakin rusak.
Nasihat dalam Qs al-Muzzammil: Keempat, Meninggalkan Orang-Orang yang Menentang Dakwah dengan Cara yang Baik
Dalam hal ini menurut para musafir, meninggalkan dengan cara yang baik ialah meninggalkan tidak dengan mencaci maki, menceka dan mencerca. Adapun menurut yang lainnya ialah menjauhi dengan hati dan kecenderungannya, menyelisihi mereka dalam hal perbuatan dengan diiringi kelembutan serta tidak melakukan pembalasan. Meskipun terdapat pendapat lain jika yang dimaksud meninggalkan dengan baik ialah meninggalkan karena Allah SWT.
BACA JUGA: LARANGAN MENIMBUN HARTA DALAM ISLAM
Demikianlah berbagai ketentuan dan perintah Rasulullah SAW pada awal dakwahnya yang bisa dijadikan sebagai tuntunan untuk para dai. Perintah ini juga berlaku untuk umatnya dan senantiasa relevan di sepanjang zaman.
Wallahu a’lam bishawab. []