Pada masa kejayaan Islam, sejak abad 4 hijriah telah dibangun banyak sekolah Islam. Namun, sebelum sekolah semodel itu dikembangkan, pendidikan ketika itu biasanya dilakukan di dalam masjid, majelis-majeli taklim, dan tempat -tempat pendidikan keterampilan lainnya. Muhammad Athyiah al Abrasi dalam buku Dasar-Dasar Pendidikan Islam, memaparkan usaha-usaha para khalifah untuk membangun sekolah-sekolah itu.
Dalam perkembangannya setiap khalifah berlomba-lomba membangun sekolah tingi Islam dan berusaha melengkapinya dengan sarana dan prasarana yang diperlukan. Pada setiap sekolah tinggi dilengkapi dengan iwan (auditorium, gedung pertemuan), asrama penampungan mahasaiswa, perumahan dosen dan ulama. Selain itu, sekolah tinggi tersebut juga dilengkapi dengan kamar mandi, dapur, dan ruang makan, bahkan juga taman rekreasi.
Di antara sekolah-sekolah tinggi yang terpenting adalah Madrasah Nizhamiyah dan Madrasah al Mustanshiriyah di Bgahdad, Madrasah al Nuriyah di Damaskus, serta Madrasah An-Nashiriyah di Kairo. Di antara madrasah-madrasah tersebut yang terbaik adalah Madrasah Nizhamiyah. Sekolah ini akhirnya menjadi standar bagi daerah lainnya di Irak, Khurasan (Iran), dan lainnya.
Madrasah Al Muntashiriyah di Baghdad didirkan oleh Khalifah al Mustansir pada abad ke-6 Hijriah. Sekolah ini memiliki auditorium dan perpustakaan yang dipenuhi berbagai buku yang cukup untuk keperluan proses belajar mengajar. Selain itu, madrasah ini juga dilengkapi dengan pemandian dan rumah sakit yang dokternya siap di tempat. Madrasah lain yang juga cukup terkenal adalah Madrasah Darul Hikmah di Kairo yang didirikan oleh Khalifah Al Hakim Biamrillah pada tahun 395 H. Madrasah ini adalah institut pendidikan yang dilengkapi dengan perpustakaan dan sarana serta prasarana pendidikan lainnya. Perpustakaannya dibuka untuk umum. Setiap orang boleh mendegarkan kuliah, ceramah ilmiah, simposium, aktivitas kesusastraan, dan telaah agama. Pada perpustakaan ini, seperti juga pada perpustakaan lainnya, dilengkapi dengan ruang-ruang studi dan ceramah serta ruang musik untuk refreshing bagi pembaca.
Berdasarkan sirah Nabi Shalallahu alaihi wa sallam dan Tarikh Daulah Khilafah, sebagaimana disarikan oleh al Baghdadi (1996) dalam buku Sistem Pendidikan di Masa Khalifah Islam, negara memberikan jaminan pendidikan secara cuma-cuma (bebas biaya) dan kesempatan seluas-luasanya bagi seluruh warga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) sebaik mungkin. Kesejahteraan dan gaji para pendidik sangat diperhatikan dan merupakan bebasn yang harus dipikul negara serta diambil dari kas baitul maal. Sistem pendidikan bebas biaya tersebut didasarkan atas ijma sahabat yang memberi gaji kepada para pengajar dari baitul maal dengan jumlah tertentu.
DI Madrasah Al Muntanshiriyah yang didirikan oleh Khalifah al Muntashir di Kota Baghdad setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya. Fasilitas sekolah tersedia lengkap, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian. Begitu pula dengan Madrasah an-Nuriah di Damaskus yang didirakan pada abad keenam Hijriah oleh Khalifah Sultan Nurrudin Muhammad Zanky. Di sekolah ini terdapat fasilitas lain seperti asrama siswa, perumahan staf pengajar, tempat peristirahatan untuk siswa, staf pengajar dan para pelayan, serta ruang besar untuk ceramah. Bahkan, jauh sebelumnya, Ad Damsyiqy mengisahkan dari al Wadliyah bin Ataha’ bahwa Khlaifah Umar ibnu Khattab memberikan gaji kepada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di kota Madinah masing-masing sebesar 15 dinar setiap bulan (1 dinar = 4,25 gram emas). Wallahu a’lam bishawab. []
Sumber: Yusanto, M. Ismail. 2014. Menggagas Pendidikan Islam. Bogor, Al Azhar Press.

