Ukhuwah Islamiyah merupakan hal yang sangat penting dalam membina persatuan dan kesatuan umat. Namun, bagaimana cara mewujudkan Ukhuwah Islamiyah ini?
Ukhuwah Islamiyah dapat disebut juga sebagai persaudaraan antar sesama muslim dalam tali agama Islam. Agar bisa mewujudkan Ukhuwah Islamiyah diperlukan penyangga berupa taaruf, tafahum, taawun dan takaful.
Berikut penjelasannya:
1. Cara mewujudkan Ukhuwah Islamiyah: Ta’aruf
![Kisah Persahabatan Santri dan Tokoh PKI - Islami[dot]co](https://islami.co/wp-content/uploads/2017/11/ramadan-mubarak-809994.jpg)
Ta’aruf adalah saling mengenal. Tidak hanya sekedar mengetahui nama tetapi jauh lebih mendalam. Misalnya latar belakang keluarga, pendidikan, budaya, pemikiran, Cita-cita dan masalah hidup yang dihadapi.
Dalilnya adalah firman Allah Swt.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa.” (QS AL Hujurat: 3)2.
- Cara mewujudkan Ukhuwah Islamiyah: Tafahum

Setelah saling mengenal, maka sikap yang diperlukan berikut adalah saling memahami. Dengan memahami kekuatan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan masing-masing, kesalahanpahaman yang dapat memicu pertengkaran dapat dihindari.
- Cara mewujudkan Ukhuwah Islamiyah: Ta’awun

Ta’awun adalah saling tolong menolong. Yang kuat menolong yang lebih lemah dan yang memiliki kelebihan menolong yang kekurangan. Ini adalah kerja sama yang saling menguntungkan sesuai kemampuan masing-masing.
Dalilnya adalah firman Allah Swt.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS Al Maidah: 2)
- Cara mewujudkan Ukhuwah Islamiyah: Tafakul

Tafakul artinya saling memberikan jaminan. Ini akan menimbulkan rasa aman tidak ada rasa kekhawatiran dan kecemasan karena ada jaminan dari sesama saudara untuk memberikan pertolongan yang diperlukan dalam menjalano kehidupan.
Dalilnya adalah firman Allah Swt.
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS Al-Nisa: 1)
Ketika menafsiri ayat ini, Al-Thabari (w 310 H) menyampaikan bahwa:
“Allah Swt. secara khusus menyebut lafadh nafsin di dalam ayat ini adalah untuk memberitahu bahwasanya Allah Ta’ala secara sendirian telah menciptakan semua manusia di dunia ini berasal dari individu yang satu. Tujuan dari ini adalah untuk memberitahu kepada para hamba-Nya bahwa, bagaimanapun kondisi mereka saat ini sedang tumbuh kembang, asal muasal mereka adalah dari jiwa yang satu.
Selain itu, tujuan dari penyebutan ini adalah untuk mengingatkan para hamba bahwa semuanya dari mereka adalah berasal dari seorang ayah dan ibu yang sama. Oleh karena itu, antara satu sama lain, individu satu dengan lainnya, hukumnya adalah wajib saling menjaga hak sebagai seorang saudara, disebabkan bertemunya mereka dalam nasab bapak dan ibu yang sama itu. Oleh karena itu pula, hal yang bersifat mengikat di antara mereka adalah saling menjaga hak masing-masing.
Meskipun kondisi pertemuan nasab tersebut sangat jauh, kendati ikatan nasab saat ini berada pada nasab sudra. Penyebutan ini sekaligus merupakan anjuran untuk berbuat kasih sayang antar sesama, bertindak saling tolong menolong dan tidak melakukan upaya saling berbuat aniaya. Tujuan lainnya adalah agar orang yang kuat tetap memperhatikan hak yang lemah, dengan jalan yang ma’ruf dan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt.” (Al-Thabary, Jami’u al-Bayan fi Ta’wili Al-Qur’an, Tanpa Nama Kota: Muasisah al-Risalah, 2000, Juz 7, halaman 521) []
SUMBER: DALAM ISLAM

