Faudhiyyah ialah asal-asalan atau tidak stabil. Dalam arti lain yaitu bercampur baurnya beberapa perkara antara satu dengan yang lainnya, atau bercampur baurnya kepemilikan harta antara harta seseorang dengan harta orang lain.
Bisa dikatakan pula tidak adanya kestabilan atau kepastian dalam kehidupan seseorang, dia hidup dengan tidak teratur, tanpa disiplin dan tidak didasari pemikiran yang mendalam.
Juga berarti pekerjaan tanpa konsep pekerjaan asal-asalan hingga mudah mengarah pada kegagalan, perpindahan terus-menerus, memulai pekerjaan tanpa konsep, lalu pindah kepada pekerjaan lain sebelum menyelesaikan pekerjaan terdahulu yang masih menumpuk.
BACA JUGA: INI 4 ADAB SETELAH MAKAN YANG JARANG DIKETAHUI
Faudhiyyah atau ketidakdisiplinan adalah sikap yang telah mewabah. Ia tidak hanya dalam kehidupan mereka yang telah konsisten akan tetapi juga pada orang-orang selain mereka. Hingga mudah bagi kita untuk mengetahui adanya sikap tersebut. Dan diantara beberapa gejala tersebut yaitu:
Sibuk dengan pekerjaan yang tidak bernilai yang tidak mendatangkan manfaat, menurutnya lebih besar daripada manfaatnya. Bulan dan hari-hari berlalu hanya dihabisan untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak bernilai tersebut, sebagian besar waktu yang tersita untuk melakukan perkara itu dengan meninggalkan banyak perkara yang lebih penting.
Menyia-nyiakan waktu tanpa aktivitas. Manajemen waktu pada sebagian orang yang multazim tidak begitu penting. Bagaimanakah waktu bukanKah perkara besar yang harus diberi perhatian besar memanfaatkan waktu? atau membuang waktu adalah hal biasa bagi mereka, karena waktu dianggap perkara sekunde?
Tidak pandai mengatur pekerjaan, terkadang pekerjaan menumpuk sementara dirinya tidak mampu untuk melaksanakan semua pekerjaan itu dengan mudah pada waktu yang amat terbatas.
Tidak memiliki program kerja dan perencanaan tertulis. Jika diantara kita tidak mempunyai perencanaan dan program tertulis untuk mencapai tujuan, maka kegagalan akan datang menghampirinya, karena ia berjalan tanpa kesadaran atau tanpa program dan perencanaan. Sebab dia bagaikan orang yang hendak pergi ke hutan belantara tanpa senjata.
Faudhiyyah harus diwaspadai dalam beberapa hal, antara lain:
Faudhiyyah: Pertama, Tidak Disiplin dalam Menuntut Ilmu

Tahun demi tahun berapa tanpa arti dan beberapa banyak daya dan potensi berhamburan dan menjadi sia-sia bagi seseorang yang tidak memiliki aturan dalam hidupnya, terutama dalam mencari ilmu pengetahuan. Yang terjadi hanyalah koleksi kitab tanpa terlebih dahulu minta pendapat kepada ulama beraktivitas membaca yang tidak beraturan.
Ibnu jauzi berkata, “Di antara penuntut ilmu ada yang mengoleksi buku-buku dan menyeimbangkan atau mengetahui apa yang ada dalam buku itu berupa shahihan hadisnya, juga kan kalau memahami isi buku itu, maka terkadang Anda lihat ia berkata, ‘buku Fulan adalah buku yang telah saya simak dan saya telah memiliki naskah buku tersebut; buku ini, buku itu dan…’ tanpa pengetahuan untuk memilah mana hadis yang shahih dan mana hadis yang lemah.”
Ibnul jauzi menambahkan, “lalu jika ia berfatwa, mengapa fatwanya adalah salah dan jika ia bercerita tentang kaidah usul maka ia akan mencampurkan antara satu kaidah dengan kaidah lainnya.”
Maka janganlah heran jika anda menemukan orang yang Faudhiyyah itu tidak memiliki ketetapan, ketenangan, dan kemantapan.
Faudhiyyah: Kedua, Tidak Disiplin dalam Menggunakan Waktu

Sedikit sekali manusia yang selamat dari sikap semacam ini, termasuk para penuntut ilmu atau para dai. Perhatikan perpustakaan pribadi dan semua kitab yang ada di atas rak buku, ingatlah kembali kapan terakhir membacanya tahun ini tahun lalu atau tahun sebelumnya. Kira-kira bukan bahwa tidak disiplin dalam menggunakan waktu adalah sebab dari semua itu.
Bukankah lebih baik lagi jika kita ketika harus membuat janji, maka pada saat itulah kita mengeluarkan buku catatan dan pena kemudian menulis tanggal yang telah dijanjikan itu dan kapan hal itu akan dilaksanakan.
Merupakan sikap disiplin jika kita tidak terikat dengan dua janji dalam waktu yang bersamaan. Waktu berjalan sangat cepat sekali sementara umur manusia itu pendek dan tugas menggunung. Dan ketahuilah bahwa waktu memiliki tiga keistimewaan, waktu cepat berlalu, waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali dan bahwa waktu itu lebih berharga daripada emas dan perak.
Al Hasan Al bashri berkata, “Aku telah mendapatkan suatu kaum di mana perhatian mereka kepada waktu lebih besar daripada perhatian kalian kepada uang.”
Dalam penggunaannya haruslah mengetahui skala prioritas dan mana perkara yang lebih penting dan lebih utama.
Faudhiyyah: Ketiga, Tidak Disiplin dalam Pergaulan

Sesungguhnya pergaulan salah satu faktor yang mendasar dalam kehidupan manusia karena secara tabiat manusia adalah makhluk sosial dan tidak mungkin hidup seorang diri. Itu bagaikan obat yang harus digunakan sesuai dengan keperluan sebab obat yang melebihi dari batas atau dosis yang dibutuhkan terkadang dapat membunuh.
Di sana terdapat banyak orang yang melampaui batas dalam memilih teman pergaulan, setiap hari dia berkenalan dengan seseorang, sementara itu pula ya tidak bisa membedakan mana orang yang sholeh dan orang yang salah. Sementara fakta membuktikan bahwa seorang teman dapat memberi pengaruh pada temannya.
Kebenaran yang tidak bisa dibantah adalah bahwa manusia adalah pribadi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain dalam hal berpikir dan perhatiannya. Hal ini berarti bahwa seseorang yang mempunyai pikiran dan pengetahuan sederhana jika ia bergaul dengan orang yang lebih maju pikirannya, maka orang yang pertama akan dipengaruhi oleh orang kedua. Sebab ia bagai bejana kosong yang dapat diisi oleh apa saja mau itu baik ataupun buruk
Memang tidak ada larangan bagi seorang muslim untuk memilih teman-teman pergaulannya. Akan tetapi harus dalam batas-batas dan bingkai tertentu dan teman yang dapat memberi manfaat, memberi nasihat dan menunjukkan pada kebaikan maka hendaknya mereka dipertahankan. Sedangkan yang banyak mengambil waktu anda tanpa manfaat dan modal atau lebih banyak daripada manfaatnya, maka jauhilah orang ini sebelum kita akan berkata karena penyesalan. Sebagaimana dalam firman Allah,
يَٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا
Yā wailatā laitanī lam attakhiż fulānan khalīlā
“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku).” (Qs Al-Furqon: 28)
Faudhiyyah: Keempat, Tidak Disiplin dalam Beribadah
وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ
Wa’bud rabbaka ḥattā ya`tiyakal-yaqīn
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Qs Al Hijrah: 99)
Bagi yang perhatikan firman Allah yang mulia ini maka ia akan mengetahui bahwa ibadah harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus hingga hancur menjemput. Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan yang dilakukan secara tekun dan kontinyu wakaf sedikit. Maka ibadah yang sedikit yang dilakukan secara tekanan kontinyut itu lebih baik daripada ibadah yang banyak tapi dilakukan hanya beberapa kali saja lalu terputus.
Hal yang tidak disiplin akan menjalani hidupnya dengan tidak beraturan bahkan dalam melakukan ibadah kepada Allah, maka terkadang lihat aku makan ibadah kepada Allah dan terkadang ia berhenti melakukannya.
BACA JUGA: 5 LANGKAH AGAR ANAK MENJADI BIRRUL WALIDAIN
Indahnya Seorang muslim harus bersih diri dari sikap tidak disiplin hendaknya membangun kehidupannya di atas sikap apa sungguhan dan keseriusan. Hendaknya tidak membiarkan sikap tidak disiplin berserah di seluruh sisi kehidupannya.
Sumber: Buku 31 Sebab Lemahnya Iman, karya Husain Muhammad Syamir