Iktikaf secara bahasa adalah menetap pada sesuatu sekalipun buruk. Adapun secara syari, yakni berdiamnya kaum muslimin di masjid dengan syarat-syarat dan niat yang khusus.
Hukum iktikaf sunnah muakkadah (sangat ditekankan), terutama pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Berdasarkan sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam:
“Biasanya (Nabi sallallahu’alaihi wa sallam) beriktikaf pada sepuluh malam akhir Ramadan sampai Allah wafatkan. Kemudian istri-istrinya beriktikaf setelah itu.” (HR. Bukhari, No. 2026 dan Muslim, No. 1172)
Adapun terkait rukun iktikaf maka ada empat sebagai berikut:
1. Niat
Orang yang hendak beriktikaf wajib untuk berniat. Dan tidak dianggap beriktikaf jika tidak berniat.
2. Berdiam (al Lubtsu)
Orang yang iktikaf wajib berdiam sebentar seukuran lebih dari tumaninah dalam shalat. Tidak sah iktikaf seseorang, jika hanya bulak-balik saja tanpa diam.
3. Mu’takif
Orang yang beriktikaf haruslah seorang muslim, berakal, suci dari hadas besar, baik haid, nifas, ataupun junub.
4. Mu’takaf fih
Tempat yang digunakan iktikaf haruslah masjid. Tidak sah beriktikaf di selain masjid, seperti ribath, sekolah, ataupun rumah.