Akibat sedikit menuntut ilmu akan membuat seseorang lemah iman. Sehingga ia terombang-ambing dan dipermainkan oleh nafsunya sendiri. Maka lambat laun ia akan kelelahan dan merasa tidak nyaman dibuatnya.
Maka tidak sedikit pada zaman ini ditemui seorang Muslim yang mudah stres atau depresi, hal ini dikarenakan tidak mampu menundukan nafsu dan merawat iman akibat dari sedikitnya menuntut ilmu.
BACA JUGA: INI 4 ADAB SETELAH MAKAN YANG JARANG DIKETAHUI
Padahal sebaik-baik ibadah yang seharusnya oleh seseorang yang mampu konsisten adalah menuntut Ilmu. Allah Swt berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥụ fil-majālisi fafsaḥụ yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzụ fansyuzụ yarfa’illāhullażīna āmanụ mingkum wallażīna ụtul-‘ilma darajāt, wallāhu bimā ta’malụna khabīr
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs Al-Mujadilah: 11)
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
Syahidallāhu annahụ lā ilāha illā huwa wal-malā`ikatu wa ulul-‘ilmi qā`imam bil-qisṭ, lā ilāha illā huwal-‘azīzul-ḥakīm
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs Ali Imran: 18)
Ibnul qayyim berkata, “Dalam ayat ini tentang keterangan bahwa Allah Swt telah menjadikan orang-orang berilmu sebagai saksi atas ke-esa-an Allah Swt, hal ini menunjukan bahwa orang-orang berilmu memiliki keistimewaan di sisi Allah Swt dari beberapa aspek, yaitu:
Pertama, mengkhususka mereka sebagai saksi atas ke-esa-an Allah tanpa mengikutsertakan golongan manusia lain.
Kedua mensejajarkan kesaksian mereka dengan kesaksian Allah Swt.
Ketiga, mensejajarkn kesaksian mereka dengan kesaksian para malaikatNya.
Dari Hadis Abu Hurairah, ia berkata aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
{ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ }
“Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam Shohihul Jami’, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)
Maka menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan, memiliki kedudukan tinggi serta merupakan ibadah yang istimewa. Berbicara tentang menuntut ilmu maka sesungguhnya hal itu tidak ada habisnya dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang Muslim, karena ilmu pengetahuan dapat melenyapkan kebodohan serta kedzaliman dari dalam dirinya. Sebagaimana Allah Swt berfirman,
فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَىٰكُمْ
Arab-Latin: Fa’lam annahụ lā ilāha illallāhu wastagfir liżambika wa lil-mu`minīna wal-mu`mināt, wallāhu ya’lamu mutaqallabakum wa maṡwākum
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Qs Muhammad: 19)
Orang yang memperhatikan kehidupan sebagian orang bersikap konsisten (multazimin) akan menemukan kehampaan diri mereka dari ilmu, bahkan dari ilmu yang sangat sederhana dan bersifat mendasar sekali.
Sehingga wajib bagi seorang muslim terutama bagi yang bersikap konsisten untuk mengetahui tentang perkara agamanya agar ia dapat menyembah Allah Swt dengan berdasarkan argumentasi dan ilmu.
BACA JUGA: BEGINI CARA BERBAKTI KEPADA ORANG TUA YANG SUDAH MENINGGAL
Hendaknya ia memiliki keistimewaan dalam mencintai ilmu dan mencitai orang-orang berilmu. Mengerahkan segala kemampuan dan hartanya untuk mencapai ilmu, menjadikan kehidupan orang-orang salaf terdahulu sebagai rujukan bagi dirinya untuk meneladani kecintaan mereka terhadap ilmu.
Wallahu a’lam bishawab. []
Sumber: Buku 31 Sebab Lemahnya Iman, karya Husain Muhammad Syamir