Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Shal bin Sa’ad r.a., Nabi Muhammad Shalallahualaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya, di surga ada suatu pintu yang disebut ‘ar-rayyan’. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari Kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang berpuasa.” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya.” (HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152).
Ar-rayyan secara bahasa artinya adalah puas, segar, dan tidak haus. Ibnu Hajar raimahullah dalam kitabnya Fath al-Bari mengatakan bahwa surga memiliki delapan pintu untuk memasukinya. Salah satu pintunya dinamakan ar-rayyan yang tidaklah bisa dimasuki selain oleh orang yang berpuasa.
Ibnu Hajar rahimahullah juga menyampaikan bahwa orang yang berpuasa kelak akan memasuki pintu ar-rayyan dan tidak pernah merasakan kehausan lagi untuk selamanya. (Fath Al-Bari, 4: 131)
Puasa hakikatnya merupakan ibadah yang sangat istimewa di sisi Allah. Karenanya, Allah pun menjadikan bulan Ramadan sebagai bulan yang khusus bagi umat Islam untuk menjalankan kewajiban puasa. Selama sebulan lamanya orang yang berpuasa meninggalkan segala nafsu dan syahwatnya seperti berhubungan intim, makan dan minum, serta segala hal yang dapat merusak maupun membatalkan puasanya. Semuanya itu ia tinggalkan karena Allah Ta’ala. Maka dari itu, sungguh wajar jika dalam hadis qudsi, Allah menyampaikan bahwa puasa itu adalah amalan yang khusus untuk-Nya dan Dia sendirilah yang nantinya akan membalasnya.
“Setiap amalan manusia adalah untuknya, kecuali amalan puasa itu untuk Allah dan Dia yang nanti akan membalasnya.” (HR. Bukhari no. 5927 dan Muslim no. 1151)
Wallahu a’lam bishawab.