Pentingnya seorang muslim selalu bersyukur, terlebih pada zaman yang materialis. Di mana manusia sibuk dengan tenggelam di dalam mengumpulkan hal-hal kekayaan dari berbagai macam kemewahan dan berlari mengejar penampilan kosong dan basa-basi dusta.
Hingga hanya ada sedikit orang kaya yang bersyukur dan sedikit pula orang miskin yang sabar. maka beruntunglah orang-orang yang senantiasa bersyukur dengan pemberian Allah Swt Swt dalam segala kondisi.
Sedikitnya kemampuan dan harta membuat kehidupan seseorang menjadi kacau balau dan kurang bersyukur. Tidak jarang pula menimbulkan gelisah rasa yang membuat tidak mempunyai kepastian hingga menghalanginya untuk melakukan ketaatan untuk mendapatkan ketentraman jiwa.
BACA JUGA : 6 CARA MENDIDIK MENTAL DALAM ISLAM
Di mana kondisi ini memberi pengaruh besar dalam memperlemah kehidupan keberagamannya terutama keyakinan dan rasa tawakal kepada Allah Swt. Maka jika demikian halnya ia telah tertimpa dua bencana yang paling ringan diantaranya yaitu kefakiran dan seluruh firasat tawakal dan keyakinan kepada Allah Swt.
Sekiranya Lukman Al-Hakim yang terkenal kualitasnya dicoba dan kefakiran kemiskinan niscaya ia tidak akan dapat membedakan antara jerami dan sayuran.
Telah diriwayatkan bahwa Luqman Al-Hakim berkata kepada anaknya, “Wahai anakku perkuatlah dirimu dan ikhtiar mencari rezeki yang halal karena sesungguhnya tidaklah seseorang menjadi fakir kecuali ia akan tertimpa tiga hal, yaitu menjadi lemah dalam agama, lemah berpikir dan hilangnya harga atau wibawa dan yang lebih parah lagi adalah manusia akan melecehkannya.”
Setiap orang harus menjalani realitas kehidupannya dengan mata jeli dan teliti. Hidup sesuai dengan kebutuhan dan menutupi kefakirannya hingga tidak meminta-minta atau berhutang dan hendaknya ia puas (bersyukur) dengan apa yang telah Allah Swt berikan kepadanya dan memisahkan diri untuk bersikap seperti itu.
Sebab nafsu itu selalu menuntut apa bilang kau turuti, tetapi jika engkau mengendalikannya maka ia akan merasa cukup.
Seorang mukmin hendaknya menjadi orang yang konsisten dn harus mengetahui bahwa kehidupan dunia adalah jalan pintas dan bukan tempat tinggal yang abadi maka sesungguhnya atau dunia lain merupakan sarana dan bukan tujuan.
Umar berkata, “Tidak ada seorang apapun kecuali antara dirinya dengan hartanya terdapat tabir, jika ia berhemat maka rizki datang kepadanya dan jika ia berlomba maka berarti ia telah merobek tabir itu dan rezekinya tidak akan bertambah.”
Adapun musibah yang paling besar yang menimpa sebagian orang yang konsisten adalah bahwa mereka terjerumus dalam hubungan kehidupan materialistis. Sebagian diantara mereka ada yang berhutang hanya untuk membeli mobil mewah yang sesuai dengan zamannya agar orang lain memandangnya bahwa apa yang ia beli itu benar-benar dari modalnya sendiri.
Hal lain yang sebenarnya hanyalah tipu daya kebudayaan modern yang memanjakan hawa nafsu dan mendungukan pemikiran. Padahal hutang adalah bencana yang merupakan duka cita di malam hari dan kehinaan di siang hari.
Maka bagi seorang muslim hendaknya ridho dan menerima apa yang telah Allah Swt berikan kepadanya hendaknya ia puas dengan apa yang ia miliki dan dengan karunia yang telah Allah Swt berikan kepadanya.
Semoga Allah Swt menjadikan kita sosok yang selalu merasa qana’ah, ridho dan merasa cukup hingga tidak butuh pertolongan orang lain. Serta memohon agar Allah Swt tidak menjadikan antara dirinya dengan Allah Swt ada selain dia yang campur tangan dalam urusannya.
BACA JUGA : ATUR JADWAL HARIAN SESUAI WAKTU SHALAT
Sesungguhnya sikap rasa cukup dan tidak butuh kepada bantuan orang lain itu adalah kemerdekaan, sedangkan selalu mengharapkan bantuan orang lain itu adalah budak. Maka hendaknya yang selalu melihat kepada orang yang lebih rendah darinya dalam hal harta dan tidak melihat kepada orang yang lebih tinggi darinya dalam hal harta. []